Bersama Kami, Pasti ke Baitullah

Selamat Datang di Araz Tours And Travel | Memberikan Layanan Ibadah Yang Aman dan Nyaman

Kenal Lebih Dekat dengan Siti Hajar, Hikmah Melaksanakan Rukun Sa’i

Kategori : Umrah, Haji, Ditulis pada : 10 Agustus 2024, 10:51:52

Membahas mengenai ibadah haji dan umrah pastinya sangat menarik bagi kaum muslimin, apalagi untuk Anda yang sedang menyiapkan diri untuk berangkat ke tanah suci. Banyak hikmah yang dapat Anda ambil dari perjalanan ibadah haji dan umrah. Selain menambah spiritualitas Anda, Anda bisa memaknai setiap ibadah yang Anda tunaikan ketika di tanah suci.

Terutama ketika mengerjakan rukun-rukun haji dan umrah, salah satunya adalah sa’i. Sa’i adalah rukun ketiga selepas ihram dan thawaf. Sama dengan rukun-rukun yang lain, sa’i memiliki karakteristik khusus dalam pelaksanaannya. Istimewanya lagi, Anda bisa memetik hikmah dari sejarah mengapa sa’i menjadi rukun yang tak boleh Anda lewatkan.

16.jpg

Photo by Mohamed Nohassi on Unsplash

Menurut bahasa, sa’i memiliki arti usaha. Sedangkan rukun sa’i yang kita kenal artinya berjalan cepat bolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwa, diawali dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwa.

Jarak antara bukit Shafa dan Marwa yaitu sejauh 400 meter, jadi total menempuh jarak  kurang lebih 3 kilometer apabila bolak-balik sebanyak 7 kali. Tentunya, Anda wajib memiliki persiapan kesehatan tubuh sebelum melaksanakan rukun ini. Misalnya, berolahraga dengan teratur seperti berjalan sekian langkah per hari, jogging atau lari setiap pagi, atau lainnya yang dapat meningkatkan kekuatan fisik Anda. Jadi tubuh Anda jauh lebih stabil ketika menunaikan rukun haji dan umrah seperti sa’i.

Sejarah Rukun Sa’i

Bila melihat sejarahnya, rukun sa’i ini berawal dari kisah Nabi Ibrahim ketika diperintahkan oleh Allah SWT untuk hijrah dari Palestina ke lembah tandus bernama Makkah. Waktu itu, adalah hal yang berat untuk Nabi Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail kecil di lembah yang tandus nyaris tiada kehidupan di sana.

Siti Hajar hanya pasrah berjalan mengikuti suaminya, pun saat Nabi Ibrahim pergi meninggalkannya di Makkah. Siti Hajar tidak mengerti dengan apa yang terjadi, berkali-kali ia bertanya pada Nabi Ibrahim yang enggan menjawab. Sampai ia bertanya, “Hendak kemanakah Engkau, wahai Ibrahim?” Akan tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawab.

Hinga Siti Hajar bertanya, “Kepada siapakah kami ditinggalkan di lembah ini? Apakah Allah SWT yang memberimu perintah, wahai Ibrahim?” Lalu Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Allah yang menyuruhku.” Dengan wajah yang bahagia kemudian ibunda Ismail menjawab, “Laa Yudhoiyyuna ya Allah,” yang artinya ‘Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.

Nabi Ibrahim pun kembali ke Palestina. Meninggalkan Siti Hajar dan Ismail kecil di lembah tandus tersebut karena Allah SWT. Ia mengembalikan segala urusan kepada Allah. Siti Hajar, sebagai istri yang shalihah juga taat kepada Allah SWT yakin bahwa dirinya akan dilindungi oleh Allah.

Selama berhari-hari ia berusaha untuk bertahan hidup dengan perbekalan yang ia bawa. Sampai suatu hari perbekalannya sudah habis, Ismail kecil juga terus menangis karena air susunya tidak keluar. Kemudian, Siti Hajar kesana kemari mencari sumber air di antara dua bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwa.

Siti Hajar berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwa tanpa mengetahui di mana letak sumber air, hanya fatamorgana yang tampak. Ia kesana-kemari sebanyak 7 kali, sambil terus berdoa kepada Allah, yakin Allah akan datangkan pertolongan kepadanya. Tentu saja, Allah datangkan pertolongan-Nya di saat yang tepat.

Tak diduga, Siti Hajar telah berjalan bolak-balik Shafa dan Marwa, akan tetapi Allah justru hadirkan sumber mata air dari bawah kaki kecil Ismail yang menendang-nendang, Sumber air tersebut sangat melimpah, bahkan hingga sekarang masih bisa Anda temuki yang dikenal dengan Air Zam-zam. Sungguh luar biasa, apabila Allah telah menghendaki apapun bisa terjadi.

pexels-pixabay-221189.jpg

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Nama Zamzam juga memiliki cerita, disebut air zamzam sebab sumber air tersebut terus terpancar tiada henti bahkan diumpamakan kota Makkah akan tenggelam jika hal tersebut terus terjadi. Maka, Siti Hajar berkata “Zamzam, zamzam!” yang maknanya, “Kumpullah, kumpullah!’ sehingga mata air tersebut tetap memancar namun secukupnya.

Hikmah Sa’i

Belajar dari ibunda Siti Hajar, ada banyak hikmah yang bisa Anda petik dari rukun sa’i. Ada nilai-nilai positif yang bisa Anda laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut hikmah yang bisa Anda pelajari:

Belajar Tentang Iman

Siti Hajar merupakan salah satu hamba yang dicintai Allah karena keimanannya. Ini terbukti dari respon beliau ketika Nabi Ibrahim mengungkapkan bahwa apa yang dikerjakannya adalah semata-mata perintah Allah SWT. Ia juga yakin bahwa Allah tidak akan menelantarkannya, walaupun kenyataannya ia tinggal di tanah yang tandus saat itu.

Bersikap Tawakkal

Siti Hajar juga menunjukkan betapa ia penuh tawakkal kepada Rabbnya. Berbeda dengan pasrah, tawakkal adalah sikap menyerahkan segala apa yang terjadi menurut dengan kemauan Allah. Oleh karena itu, dalam tawakkal juga ada peran ikhtiar Siti Hajar di dalamnya. Tugas kita adalah berusaha, tetapi soal hasil Allah yang menentukan. Sehingga tetap bergantung kepada Allah sebagai satu-satunya pemberi pertolongan dan Yang Maha Menghendaki.

Mendahulukan Ikhtiar

Seperti yang disebutkan di atas, tawakkal harus disertai dengan ikhtiar. Ibunda Siti Hajar mencontohkan bagaimana ia tiada berputus asa mencari sumber air antara bukit Shafa dan Marwa. Ia terus bergerak tiada henti, menyertai keimanan dan sikap tawakkalnya untuk terus berusaha. Sehingga Allah berikan bantuan mata air zamzam di bawah kaki Ismail kecil.

Jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, Anda boleh berikhtiar dengan cara apapun selama itu dengan cara yang diridhoi Allah. Namun, kadang Allah hadirkan solusi dari arah yang tidak disangka-sangka. Tidak harus dari apa yang Anda inginkan, tapi tetap meyakini bahwa itulah yang terbaik versi Allah.

Ikhlas

Sebagai penutup, dari rukun sa’i Anda bisa belajar tentang keikhlasan. Bagaimana Siti Hajar sangat ikhlas menerima ketetapan takdir yang Allah berikan, taat kepada perintah-Nya dengan ikhlas tanpa keluhan saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, ikhlas membesarkan Ismail, dan seterusnya. Tanpa adanya keikhlasan, akan sulit menerima ketetapan Allah, sebab sifat manusia yang tak pernah ada puasnya.

Nah, itulah hikmah sa’i yang bisa Anda ambili dari kisah Siti Hajar. Semoga dapat menambah keimanan Anda, juga semakin bersemangat saat menjalankan ibadah haji dan umrah. Semoga bermanfaat!

Cari Blog

10 Blog Terbaru

10 Blog Terpopuler

Kategori Blog

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id